Bloody Prologue

A blog from ironic and pathetic girls who just want the genuine truth of the world. No more lies! Keep Hip Hop and Rock n Roll!

Sabtu, 03 Juli 2010

Nantikan Pengakuanmu

Kamu sukses bikin aku tercengang atas berbagai hal yang seharusnya dinikmati sendiri2 dan tidak usah dibagi2 dengan makhluk lain. PERASAAN ! Kamu tanamkan hal yang selalu membuatku bersalah atas semuanya dan membuatku tidak berdaya menghadapinya. Kamu berikan aku perasaan itu, tapi kamu sendiri tidak menyiram dan memupuknya dengan benar. Apakah ini yang dinamakan perasaan indah yang dulu kamu bilang akan menyatukan kita? Halah, bullshit lo! Taik anjing buat perasaanmu itu! Persetan ciuman yang kamu berikan dengan hangat dan membawaku sampai ke langit ke-7!!! Ciuman itu terasa seperti serpihan2 endapan garam yang asin yang tertinggal di tambak garam.
Sekarang aku tunggu jawaban pasti dirimu, kamu tidak ada terus. Lebih memikirkan bagaimana caranya senang2 dan sibuk dengan duniamu sendiri. Apa kamu pernah pikirin aku yang merana karena menunggu hadirmu tiap hari? Pasti tidak pernah! Aku tahu cuma dirimu saja yang kamu pikirin. Apakah aku ada di hatimu dan menjadi bunga dalam tidurmu setiap waktu? Oh, tidak ya. Pasti sekarang kamu sedang merayakan momen istimewamu tanpa memberitahunya sedikitpun padaku. namun, aku cuma bertahan layaknya anjing terlantar menunggu makanan dan terengah2 menjulur lidahnya saking kelaparannya. YA, ITU AKU, JANCUK!
Kamu membahayakan diriku dengan perasaan yang kamu tanam dalam hatiku yang terdalam. Dalam hatiku, aku rela berbuat apa pun agar aku bisa mencintaimu. Bahkan menjadi pembunuh bakal aku lakukan dengan senang hati agar kamu menancap mantap di hatiku. Berpuluh2 rintangan aku akan lakukan demi kamu yang tidak aku cintai. Tapi, apa balasannya untukku yang tidak jatuh cinta padamu saja bisa berbuat seperti ini dan menunggumu di depan pintu hatiku. You are really BAD MOTHERFUCKER!!!!!! Puki mak kamu seharusnya yang aku rajam biar tahu anaknya seperti apa pada seorang gadis lemah yang tidak mencintainya ini. Geez, buatmu aku cuma cewek yang bisa dipakai begitu saja dan dibuang seringan mungkin. Tidak akan pernah terjadi dalam hidupmu!
Tubuh ini kadangkala menantikan kehadiran dirimu yang memberi arti hidup yang lain padaku. Sepi dan ramai telah kta jalani bersama. Suka duka tidak menjadi benalu dalam hubungan ini. Cerah dan hujan kita lewati bersama agar hari kita menjadi ceria. Kita sudah lama bersama dan dekat sehingga aku pun merasa nyaman akan dunia yang tidak ramah. Tapi, apa hasilnya perbuatnmu kepadaku? Kamu campakkanku secara tidak langsung dan memaksamu benci padamu. Brengsek, makan saja segala janji manismu itu dan ku kan nantikan pengakuanmu! Karena hatiku sudah jatuh pada orang lain yang lebih baik daripada kamu!

Kamis, 01 Juli 2010

Gerah Dan Muak

Aku renggangkan sedikit tubuhku dan mencoba rileks dengan sempurna.
Tak bisa santai, aku mencoba membelalakkan mataku lebar-lebar
Biar aku bisa terpejam perlahan dan tidur akibat kelelahan
Ternyata aku tidak bisa tidur dengan sempurna, susah sekali
Mengapa untuk tidur saja begitu susah dan menyakitkan?
Apakah karena kalutnya pikiranku hingga terjaga terus sepanjang waktu?
Tak bisa bayangkan jika masalah ini terus meracuni pikiranku,
hingga buat aku tidur saja sudah cukup menderita seperti gulungan neraka
Cukup sudah! Aku ingin tidur saja, mengapa begitu susah sih?
Tak ada kerjaan saja! Membuang2 waktu percuma tanpa hasil!

Sungguh beban ini terasa berat sekali,
sehingga membuat kedua pelupuk mataku terangkat tanpa henti.
Bukannya melelahkan badan untuk mengantuk, malah terjaga terus.
Beban bangsat, sekarang pergilah dari sisiku dan jangan mendekat!
Atau, aku nekad untuk mencari pembenaran kenapa kau harus minggat!
Tak mungkin kau akan beranjak, karena kau sendiri tanpa jejak!
Jejaknya sendiri tak terlacak oleh seluruh pengindraanku yang fana ini.
Saking tak terlacaknya, untuk mengetahui tempat beban ini merana.

Layunya semangatku tanpa sebab konkrit dan meranggas pelan.
Retak-retak sudah refleksi diri bagai tembok rumah tua.
Pandanganku terus terpampang di sebuah cermin kepribadian.
Pandanganku melayang pada realita yang tak kumengerti.
Pandanganku menerobos semak-semak masalah,
yang semakin lama semakin berakar lebat dan petaka berbuah.

Kurus kering tubuh cungkringku.
Sama seperti daun layu yang baru kupungut
dari taman tanpa bunga indah nan subur.